Cerita Pengen - Geisha Poker - Hot - Pemerkosaan - Tante - Kisah ini terjadi pada waktu aku duduk di pertengahan kelas 3 SMA dulu. Waktu itu nilai-nilai pelajaran ku terutama matematika, fisika dan kimia bisa di bilang hancur lebur.
Aku kadang-kadang menyesal juga dulu memilih kelas IPA, kenapa waktu itu tidak memilih IPS saja supaya tidak ketemu 3 pelajaran keramat itu, tapi ya nasi sudah jadi bubur, mau bijimana lagi.

Kira-kira 15 menit kemudian aku melihat tante Helda turun dari taksi dan langsung berlari ke rumahnya karena tidak membawa payung. Aku langsung memberitahu Hans, setelah kami membayar, lalu kami membawa motor masing-masing ke depan pagar rumah tante Helda, sebelum dia masuk rumahnya kami sudah sampai di depan pagar sehingga kami tidak bertambah basah karena dia sudah melihat kehadiran kami.
Di dalam rumahnya, kami membuka jaket kami yang basah . tante Helda memberikan handuk pada kami untuk mengeringkan diri dan memberikan kami minum teh panas. Dia sendiri sempat kebasahan sehingga pakaiannya mengerut dan makin memperlihatkan lekuk tubuhnya.
“Aduh sori banget yah, hari ini tante ada perlu sampai lupa beritahu kalian jadi bikin kalian basah gini”, katanya.
“Tidak apa-apa kok, tan”, jawab Hans.
“Eh, sebelum les, tante mau mandi dulu sebentar ya, basah nih nanti flunya kambuh lagi, kalian tunggu saja dulu di sini oke..”.
“Sudah tan, tidak usah repot-repot berpakaian deh, saya lebih suka ngeliat tante seperti ini”, jawab Hans.
“Udah ah, kamu jangan aneh2 gitu ya”, kata tante Helda sambil menghentakkan tangannya, tapi Hans bukannya melepas, malah semakin erat menggenggamnya sambil tangan satunya menarik lipatan handuk yang di pakai tante Helda sehingga handuk itu jatuh, dan terlihatlah pemandangan terindah yang pernah ku lihat tubuh putih indah dengan buah dada yang putingnya merah muda dan kemaluannya yang tertutup bulu-bulu hitam yang lebat, persis seperti model-model nude Jepang yang ku lihat di internet.
“Kurang ajar kamu ya!”, bentaknya sambil menampar Hans .
Tapi bukannya berhenti, Hans kembali melumat bibir tante Helda dan mulai meraba dadanya, aku gantian memegangi tangan tante Helda. Menurut ku tante Helda sebenarnya suka diperlaku kan begitu hanya saja dia sok jual mahal atau mungkin juga malu.
Hans kembali berkata, “Tan, di sini tidak nyaman kan, gimana kalo kita ke kamar tante aja?”.
“Sudah.., cukup.., kalian nakal ya, tante ini kan guru kalian!”.
Hans yang sudah bugil duduk di samping kami, lalu ku lepas pakaian ku, sementara Hans langsung menyambar tante Helda dan menjilati vaginanya.
“Ambil saja di kulkas di tingkat 2 sana.., ahh.., ahh..”, katanya lagi dengan nada terputus-putus.
Aku keluar dan membuka kulkas, setelah minum ku lihat di frezeer juga ada sekotak es krim, terpikir oleh ku untuk makan es itu di atas tubuh tante helda pasti lebih nikmat.
Sejak itu sampai suami tante Helda belum pulang, bila ada kesempatan kami sering melakukan hal itu lagi.
Demi memperbaiki nilai-nilai ku, aku terpaksa mengikuti les bersama teman ku, Hans. Yang memberi les adalah seorang seorang tante kira-kira berumur 35 tahunan waktu itu namun masih tampak sangat seksi. Namanya tante Helda, penampilannya seksi, montok sekali, kulit putih, rambutnya panjang, wajahnya juga cantik.
Hari itu aku pun pergi les ke rumahnya bersama dengan Hans. Sesampainya di sana, kami memencet bel berulang kali tapi tidak ada yang membukakan pintu, sialnya lagi waktu itu hujan sudah mulai turun deras sedangkan kami tidak membawa jas hujan, terpaksa kami mampir dulu ke restoran kecil tepat di seberang rumahnya, minum kopi dulu sambil menunggu hujan reda.
Hari itu aku pun pergi les ke rumahnya bersama dengan Hans. Sesampainya di sana, kami memencet bel berulang kali tapi tidak ada yang membukakan pintu, sialnya lagi waktu itu hujan sudah mulai turun deras sedangkan kami tidak membawa jas hujan, terpaksa kami mampir dulu ke restoran kecil tepat di seberang rumahnya, minum kopi dulu sambil menunggu hujan reda.

Kira-kira 15 menit kemudian aku melihat tante Helda turun dari taksi dan langsung berlari ke rumahnya karena tidak membawa payung. Aku langsung memberitahu Hans, setelah kami membayar, lalu kami membawa motor masing-masing ke depan pagar rumah tante Helda, sebelum dia masuk rumahnya kami sudah sampai di depan pagar sehingga kami tidak bertambah basah karena dia sudah melihat kehadiran kami.
Di dalam rumahnya, kami membuka jaket kami yang basah . tante Helda memberikan handuk pada kami untuk mengeringkan diri dan memberikan kami minum teh panas. Dia sendiri sempat kebasahan sehingga pakaiannya mengerut dan makin memperlihatkan lekuk tubuhnya.
“Aduh sori banget yah, hari ini tante ada perlu sampai lupa beritahu kalian jadi bikin kalian basah gini”, katanya.
“Tidak apa-apa kok, tan”, jawab Hans.
“Eh, sebelum les, tante mau mandi dulu sebentar ya, basah nih nanti flunya kambuh lagi, kalian tunggu saja dulu di sini oke..”.
Mendengar itu pikiran ku mulai ngeres membayangkan di saat dingin begini bisa mandi bersama cewek secantik tante helda. Ooh enaknya, dingin-dingin empuk deh rasanya.
Dari kamar mandi mulai terdengar suara percikan air, ingin rasanya aku mengintipnya tapi sayang lubang kuncinya sempit sekali. Kami mulai melihat-lihat isi ruang tamunya, melihat foto-fotonya waktu kecil, foto pernikahan kakaknya dan foto-foto keluarga yang terpajang di sana .
Tiba-tiba dari kamar mandi terdengar jeritan di susul tante helda keluar dari kamar mandi hanya dengan di tutupi handuk yang di lipat dan secara refleks memeluk Hans yang saat itu dekat kamar mandi. “Ada kecoa besar sekali di sana!”, katanya.
Tiba-tiba dari kamar mandi terdengar jeritan di susul tante helda keluar dari kamar mandi hanya dengan di tutupi handuk yang di lipat dan secara refleks memeluk Hans yang saat itu dekat kamar mandi. “Ada kecoa besar sekali di sana!”, katanya.
Aku masuk ke kamar mandi dan melihat ada seekor kecoa yang cukup besar yang bisa membuat wanita terkejut, segera ku tepuk binatang itu dengan sandal dan ku buang bangkainya ke tong sampah.
Waktu aku keluar kamar mandi, ku lihat tante Helda masih di pelukan Hans dengan hanya selembar handuk saja, dalam hati aku merasa sirik. “Huh kenapa gua dari tadi bukan berdiri di situ, sialan”, gerutu ku dalam hati.
Tante Helda terlihat seksi sekali saat itu, rambutnya yang basah tergerai dan pahanya yang putih panjang itu ku lihat dengan jelas sekali membuat penis ku bangkit saat itu, ingin rasanya menarik handuk itu.
Hans berkata, “Tan, kecoanya sudah mati tante, tenang.., tenang..!”.
Hans berkata, “Tan, kecoanya sudah mati tante, tenang.., tenang..!”.
Beberapa saat kemudian tante Helda mulai tenang dan berkata, “Terima kasih ya untung ada kalian, tante geli dan takut banget sama kecoa”.
Dia mulai melepaskan pelukan tidak sengajanya itu, tapi mendadak Hans menangkap pergelangan tangan kirinya dan tidak melepasnya.
“Eh, kenapa kamu Hans, sudah tante mau berpakaian dulu nih”.
“Sudah tan, tidak usah repot-repot berpakaian deh, saya lebih suka ngeliat tante seperti ini”, jawab Hans.
“Udah ah, kamu jangan aneh2 gitu ya”, kata tante Helda sambil menghentakkan tangannya, tapi Hans bukannya melepas, malah semakin erat menggenggamnya sambil tangan satunya menarik lipatan handuk yang di pakai tante Helda sehingga handuk itu jatuh, dan terlihatlah pemandangan terindah yang pernah ku lihat tubuh putih indah dengan buah dada yang putingnya merah muda dan kemaluannya yang tertutup bulu-bulu hitam yang lebat, persis seperti model-model nude Jepang yang ku lihat di internet.
“Kurang ajar kamu ya!”, bentaknya sambil menampar Hans .
Ditampar begitu Hans bukannya kapok, malahan memegang tangan satunya itu dan melipat kedua tangan tante Helda ke belakang, lalu mencium bibirnya, membuat pipi tante Helda memerah malu.
Melihat adegan panas itu, aku yang sudah terbuai nafsu langsung mendekati mereka. Aku memeluk tante helda yang sedang berciuman dari belakang. Tubuh tante Helda terasa harum, karena baru selesai mandi. Tangan ku agak gemetar ketika memegang buah dadanya yang indah.
Melihat adegan panas itu, aku yang sudah terbuai nafsu langsung mendekati mereka. Aku memeluk tante helda yang sedang berciuman dari belakang. Tubuh tante Helda terasa harum, karena baru selesai mandi. Tangan ku agak gemetar ketika memegang buah dadanya yang indah.
Ku main-mainkan putingnya sampai terasa mengeras, aku juga menciumi kupingnya dan turun menjilati lehernya, kemudian tangan kiri ku mulai turun meraba kemaluannya dan memainkan klitorisnya, hangat rasanya tangan ku di tempat itu. Hans melepas ciumannya setelah merasa susah bernafas.
“Sudah.., sudah berhenti.., kalo tidak tante teriak nih!”, kata tante Helda.
“Sudah.., sudah berhenti.., kalo tidak tante teriak nih!”, kata tante Helda.
Tapi bukannya berhenti, Hans kembali melumat bibir tante Helda dan mulai meraba dadanya, aku gantian memegangi tangan tante Helda. Menurut ku tante Helda sebenarnya suka diperlaku kan begitu hanya saja dia sok jual mahal atau mungkin juga malu.
Buktinya kalau dia tidak suka dia pasti sudah berteriak sejak tadi, dan lagi pula dia bisa dengan mudah menendang selangkangan Hans untuk melepaskan diri, tapi nyatanya dia hanya meronta-ronta sedikit dan lebih lagi dia juga mulai mengeluarkan lidahnya untuk beradu ketika Hans menciuminya.
Tidak lama kemudian rontaannya mulai melemas dan kelihatannya dia mulai menikmati semua ini.
Tidak lama kemudian rontaannya mulai melemas dan kelihatannya dia mulai menikmati semua ini.
Hans kembali berkata, “Tan, di sini tidak nyaman kan, gimana kalo kita ke kamar tante aja?”.
“Sudah.., cukup.., kalian nakal ya, tante ini kan guru kalian!”.
Tanpa menjawab Hans mencari dan menemukan kamar tante Helda, aku menutup mulut tante Helda dengan tangan ku sambil memegangi kedua tangannya yang terlipat ke belakang dan aku menggiringnya masuk ke kamarnya.
Setelah masuk ke kamarnya, Hans mengunci pintu dan aku mendorong tante Helda ke ranjang. Tante Helda meraih selimut dan menutupi tubuhnya lalu berkata, “Kurang ajar kalian ya.., pergi kalian dari rumah ini..!”.
Tapi kami mana mungkin menurutinya, aku mendekatinya sementara Hans membuka pakaiannya, ku rebahkan dia di ranjang. Ku lumat bibir mungilnya, lalu ku jilat buah dadanya, sambil tangan ku memainkan vaginanya yang sudah basah karena ku mainkan waktu di ruang tamu tadi.
“Stop.., pergi.., kaliia,,. jangan gitu.., ah.., jangan.., ahh!”, teguran desahan tante Helda pada ku.
“Stop.., pergi.., kaliia,,. jangan gitu.., ah.., jangan.., ahh!”, teguran desahan tante Helda pada ku.
Lalu Hans berkata pada ku, “Eh Siung,, mau main kok masih pake baju, lepas dulu sana!”.
Hans yang sudah bugil duduk di samping kami, lalu ku lepas pakaian ku, sementara Hans langsung menyambar tante Helda dan menjilati vaginanya.
Sesudah bugil, aku pun kembali mendekati tante Helda yang lagi terbaring. Aku berlutut di depan wajahnya dan berkata, “Tan, tolong dong jilatin, boleh tidak?”.
Tante helda menatap ku sejenak sambil mendesah karena jilatan Hans, lalu di raihnya penis ku dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Kulumannya enak sekali, penis ku terasa hangat dan basah. Sambil di kulum, ku remas-remas buah dadanya yang montok itu.
Setelah puas menjilati vagina tante Helda, Hans mengarahkan penisnya yang cukup besar itu ke liang vagina tante Helda, dengan perlahan Hans memasukkannya sementara tante Helda terus mengulum dan menjilati penis ku.
Kira-kira 10 menit lebih penis ku di kulum olehnya, aku merasakan sudah mau keluar dan aku sebenarnya sudah mau melepasnya namun tak tertahankan lagi akhirnya aku menyemburkan mani ku di mulutnya, dia pun melepas kulumannya.
Setelah puas menjilati vagina tante Helda, Hans mengarahkan penisnya yang cukup besar itu ke liang vagina tante Helda, dengan perlahan Hans memasukkannya sementara tante Helda terus mengulum dan menjilati penis ku.
Kira-kira 10 menit lebih penis ku di kulum olehnya, aku merasakan sudah mau keluar dan aku sebenarnya sudah mau melepasnya namun tak tertahankan lagi akhirnya aku menyemburkan mani ku di mulutnya, dia pun melepas kulumannya.
Ku lihat mulutnya penuh dengan mani dan sisanya muncrat membasahi wajahnya, “Sori tan, Tante terlalu bersemangat sih tadi, tapi enak kan?”, kata ku .
“Kurang ajar ya kamu ke guru sendiri berani berbuat gini..”. Aku mengambil tisu untuk membersihkan wajah tante Helda, ketika aku hendak mengelap penis ku, tante Helda mencegah, “Siung, jangan . ., sini biar tante bersihin sendiri aja.., uhh!”, katanya teputus-putus karena sedang digenjot Hans.
Dia meraih penis ku dan menjilati sisa-sisa mani ku sebelum dia menelannya tadi, semua mani ku berada di dalam mulutnya.
“Gimana tan? rasanya enak gitu?”, kata ku.
Dia hanya mengangguk sambil terus menjilat sampai bersih.
“Gimana tan? rasanya enak gitu?”, kata ku.
Dia hanya mengangguk sambil terus menjilat sampai bersih.
Setelah bersih aku bertanya padanya, “Tan, gua haus nih, ambil minum di mana yah?”.
“Ambil saja di kulkas di tingkat 2 sana.., ahh.., ahh..”, katanya lagi dengan nada terputus-putus.
Aku keluar dan membuka kulkas, setelah minum ku lihat di frezeer juga ada sekotak es krim, terpikir oleh ku untuk makan es itu di atas tubuh tante helda pasti lebih nikmat.
Maka ku bawa es itu ke kamar. Sebelum sampai kamar pun suara desahan tante helda masih terdengar, untung kamarnya agak di dalam dan ada suara hujan deras di luar, jadi suaranya tidak terdengar sampai ke tetangga.
Ketika aku sampai, ku lihat tubuh tante Helda menggelinjang hebat, sampai terlihat tulang-tulang rusuknya, kelihatannya dia sudah mencapai klimaks, dia merangkul erat Hans sambil mendesah panjang.
Ketika aku sampai, ku lihat tubuh tante Helda menggelinjang hebat, sampai terlihat tulang-tulang rusuknya, kelihatannya dia sudah mencapai klimaks, dia merangkul erat Hans sambil mendesah panjang.
Hans mencabut penisnya dan memuntahkan isinya ke mulut tante Helda. Tante Helda menelan semuanya sambil menjilati penis Hans. Aku dekati mereka dan berkata, “Capek ya tan, nih minum dulu deh!”, ku sodorkan segelas air padanya.
“Tan, sambil istirahat bagi dong es krimnya boleh tidak?”, tanya ku sambil menunjukkan es itu.
“Kamu ini bener-bener tidak sopan ya, tidak bilang-bilang, main ambil aja.., ya udah makan sana”, katanya.
“Tapi tidak ada gelasnya nih tan.., gimana kalo kita makanya di atas badan tante aja ya?”
“Tan, sambil istirahat bagi dong es krimnya boleh tidak?”, tanya ku sambil menunjukkan es itu.
“Kamu ini bener-bener tidak sopan ya, tidak bilang-bilang, main ambil aja.., ya udah makan sana”, katanya.
“Tapi tidak ada gelasnya nih tan.., gimana kalo kita makanya di atas badan tante aja ya?”
Tanpa menunggu jawaban darinya, aku sudah mulai mengoles es krim itu ke tubuhnya mulai dari leher, dada, kemaluan, dan paha indahnya.
“Eh tunggu dulu, kalian ini apa-apaan nih, dingin ah jangan!”. Sebelum dia berdiri, kami pun langsung menjilati tubuhnya, Hans menjilati leher dan dadanya, aku bagian vagina dan pahanya. Hans berkata, “Wah tan, enak banget es nya, apalagi yang bagian dada, es kayak gini pasti cuma ada 1 di dunia”.
Tante helda cuma bisa mendesah karena geli bercampur nikmat. Ku jilati kemaluannya, agak aneh memang rasa es krim bercampur cairan cinta, tapi enak juga kok.
Setelah es di tubuhnya habis, aku berbaring dan memintanya duduk di atas penis ku sambil menggenjotnya. Tante Helda mulai memasukkan penis ku ke vaginanya. Dia mulai bergoyang-goyang di atas tubuh ku dan Hans memasukkan penisnya ke mulut tante Helda. Ku remas buah dadanya yang hot itu, sampai akhirnya ku tembakkan mani ku di vaginanya. Kami akhirnya bermain sampai puas.
Setelah es di tubuhnya habis, aku berbaring dan memintanya duduk di atas penis ku sambil menggenjotnya. Tante Helda mulai memasukkan penis ku ke vaginanya. Dia mulai bergoyang-goyang di atas tubuh ku dan Hans memasukkan penisnya ke mulut tante Helda. Ku remas buah dadanya yang hot itu, sampai akhirnya ku tembakkan mani ku di vaginanya. Kami akhirnya bermain sampai puas.
Karena lelah, kami sempat tertidur kira-kira 1 jam, ketika bangun ku lihat tante Helda sudah memakai daster duduk di sofa sambil merokok, baru kali ini ku lihat dia merokok, katanya sih dia memang jarang sekali, hanya kalau lagi stres saja biasanya.
Ku lihat di meja belajarnya, ada fotonya sedang di rangkul seorang pria yang cukup ganteng, pas untuknya. Ku tanya siapa orang itu, ternyata dia lah suami tante Helda yang sedang kerja di luar negeri sudah hampir 1 tahunan tidak pulang hanya ada kabarnya lewat e-mail dan telepon.
Karena itulah tante Helda sudah lama tidak menikmati lagi hubungan seks. Sekarang lah tante Helda mendapat penyaluran kebutuhan itu, meskipun sebelumnya dia malu-malu.
Dia berkata, “Sudah bangun? gimana, sudah puas? Kalian ini benar-benar deh, belum pernah ada murid les saya yang seberani kalian, tapi please yah, jaga rahasia ini, biar ini cuma kita yang tau aja, ok!”
“Beres, tan”, kata Hans, “Asal tante seneng kita juga seneng kan”, kata Hans.
“O iya, tante udah masak makan malam, kamu duaan makan aja di sini”.
Dia berkata, “Sudah bangun? gimana, sudah puas? Kalian ini benar-benar deh, belum pernah ada murid les saya yang seberani kalian, tapi please yah, jaga rahasia ini, biar ini cuma kita yang tau aja, ok!”
“Beres, tan”, kata Hans, “Asal tante seneng kita juga seneng kan”, kata Hans.
“O iya, tante udah masak makan malam, kamu duaan makan aja di sini”.
Kami pun makan bersama, masakannya enak, hoki banget suaminya, tapi sayang jarang pulang dan belum memberikan anak kepada tante sampai kesepian. Sesudah makan kami pulang di antar tante Helda sampai pintu pagar.
Sejak itu sampai suami tante Helda belum pulang, bila ada kesempatan kami sering melakukan hal itu lagi.

Posting Komentar untuk "Rasa Kesepian Guru Les Ku"