https://www.profitablegatetocontent.com/gpxviw7h3?key=abae7d16f82ade4c24e1d8c804ccb9cd

Perjalanan Bisnis Berkesan Bersama Tante Ku

Cerita Pengen Geisha Seks Dewasa Perjalanan Bisnis Berkesan Bersama Tante Ku

Cerita Pengen - Cerita Seks - Geisha Poker - Hot - Janda - Tante - Jam lima pagi, aku terbangun lagi. Kali ini karena terasa agak dingin di hembus AC dari atas kamar ku. Ku ambil selimut sambil melihat Tante yang masih berposisi telanjang bongkok udang. Hal ini membuat ku ingin memeluknya dari belakang.

Ku tebarkan selimut lebar itu hingga menutupi tubuh kami berdua. Tangan kiri ku, ku sisipkan di bawah badannya dan tangan kanan ku ku pelukkan melingkupi dadanya. Pinggul ku, ku lekatkan ke arah pantatnya, sehingga otomatis zakar ku menempel di situ pula, di sela-sela paha belakangnya.

Darah muda ku pun mulai memanas, sejenak kemudian adik kecil ku sudah jadi ‘garuda’ perkasa yang siap tempur. Ku gerak-gerakkan menusuki sela-sela paha belakang Tante. Tanga nku pun tidak tinggal diam dan mulai memelintir puting Tante kiri-kanan seraya meremas-remas gumpalan kenyal itu. Kontan mendapat perlakuan seperti itu Tante ku terbangun dan bereaksi.

“Sudah, Ron..! Jangan lagi..!” tubuh Tante beringsut menjauhi ku, namun aku tetap memeluknya erat.

Bahkan dengkul ku sekarang berupaya membuka pahanya dari belakang. Tante beringsut menjauh lagi dan kedua tangannya berusaha melepas pelukan ku.

“Jangan, Ron..! Aku ini Tantemu.” rintihnya sambil tetap membelakangi ku.
“Tapi, tadi kita sudah melakukannya, Tante” tanya ku masih terus memeluknya.
“Ya. Tadi Tante.. khilaf..”.
“Khilaf..? Tapi kita sudah melakukannya sampai dua kali Tante?” aku tidak habis mengerti.

Ku lekatkan lagi zakar ku ke pantatnya. Tante menghindar.

“Ii.. ya, Ron. Tante tadi benar-benar tak mampu.. menahan nafsu.. Tante sudah lama tidak melakukan ini sejak Oom-mu meninggal. Dan sekarang kamu merangsang Tante sampai Tante terlena.”
“Masak terlena sampai dua kali?”
“Yang pertama memang. Tante baru terbangun setelah.., Roni mem.. memasuki Tante. Tante mau melawan tapi tenagamu kuat sekali sampai akhirnya Tante diam dan malah jadi terlena”.
“Kalau yang kedua, Tante..?” tanya ku ingin tahu sambil mendekap lebih erat. Tante menghindar dan menepis ku lagi.
“Kamu mencium bibir Tante. Di situ lah kelemahan Tante, Ron. Tante selalu terangsang kalau berciuman..”.
“Oh, kalau begitu Tante ku cium saja sekarang ya..? Biar Tante bernafsu lagi.” pinta ku bernafsu sambil berupaya memalingkan wajah Tante. Tapi Tante menolak keras.
“Jangan, Ron..! Sudah cukup. Kita jangan berzinah lagi. Tante merasa berdosa pada Oom-mu. Hik.. hik.. hik..” Tante terisak.

Aku jadi mengendurkan serangan, meski tetap memeluknya dari belakang.

Kemudian kami terdiam. Dalam dekapan ku terasa Tante sedang menangis. Tubuhnya berguncang kecil.
“Ya sudah, Tante. Sekarang kita tidur saja. Tapi bolehkan Roni memeluk Tante seperti ini..?”.

Tidak ku duga, Tante justru berbalik menghadap ku sambil membetulkan selimut kami dan berkata, “Tapi kamu harus janji tak akan menyetubuhi Tante lagi kan, Ron?”.
“Iya, Tante. Aku janji.., anggap saja Tante sekarang sedang memeluk anak Tante sendiri”.

Sekilas ku lihat bibir Tante tersenyum. Di bawah selimut, aku kembali memeluknya dan ku rasakan tangan Tante juga memeluk ku. Buah dada besarnya menekan dada ku, tapi aku mencoba mematikan nafsu ku. Zakar ku, meski menyentuh pahanya, juga ku tahan supaya tidak tegang lagi. Wajah kami berhadap-hadapan sampai napas Tante terasa menerpa hidung ku. Matanya terpejam, aku pun mencoba tidur.

Mungkin saking lelahnya, dengan cepat Tante terlelap lagi. Namun lain halnya dengan aku. Terus terang, meski sudah berjanji, mana bisa aku mengekang terus nafsu birahi ku, terutama si ‘garuda’ ku ini yang sudah mengepakkan sayapnya lagi.

Dengan tempelan buah dada sebesar itu di dada dan pelukan hangat tubuh polos menggairahkan begini, mana bisa aku tidur tenang? Mana bisa aku menahan syahwat? Jujur saja, aku sudah benar-benar ingin segera menelentangkan Tante, menusuk dan memompanya lagi!

Tapi aku sudah janji tidak akan menyetubuhinya lagi. Mestikah janji ini ku ingkari? Apa akal? Bisakah tidak mengingkari janji tapi tetap dapat menyebadani Tante? Benak ku segera berputar, dan segera ingat kata-kata Tante tadi bahwa dia paling mudah terangsang kalau dicium. Mengapa aku tidak menciumnya saja? Bukankah mencium tidak sama dengan menyetubuhi?

Ya, pelan tapi pasti, ku sisipkan kaki kiri ku di bawah kaki kanan Tante, sedang kaki kanan ku ku masukkan di antara kakinya sehingga keempat kaki kami saling bertumpang tindih.

Aku tidak peduli zakar ku yang sudah jadi tonggak keras melekat di pahanya. Ku rapatkan pelukan dan dekapan ku ke tubuh Tante, wajah ku, ku dekatkan ke wajahnya dan perlahan bibir ku ku tautkan dengan bibirnya.

Lidah ku kembali berupaya memasuki rongga mulutnya yang agak menganga. Aku terus bertahan dengan posisi erotis ini sambil agak menekan bagian belakang kepala Tante supaya pertautan bibir kami tidak lepas. Dan usaha ku ternyata tidak sia-sia. Setelah sekitar 5 menit kemudian, ku rasakan gerakan lidah Tante. Serta merta gerakannya kubalas dengan jilatan lidah juga.
“Emm.. emm.. mm..” desis Tante sambil membelit lidah ku.

Kepalanya ku tekan semakin kuat dan aku berusaha menyedot lidahnya hingga masuk ke mulut ku. Ku kulum lidahnya dan ku permainkan dengan lidah ku. Ku sedot, ku sedot dan ku sedot terus sampai Tante agak kesakitan, lalu ku belit-belit lagi dengan lidah ku. Ya, silat lidah ini berlangsung cukup lama dan ketika tanpa sengaja paha ku menyenggol vagina tante, terasa agak basah. Pasti Tante terangsang, pikir ku.

GeishaPoker

Cerita Seks - Tapi aku tidak mau memulai, takut melanggar janji. Biar Tante saja yang aktif. Maka aku pun berusaha menambah daya rangsang pada diri Tante. Pelan tangan kirinya ku bimbing untuk menggenggam zakar ku. Meski mula-mula enggan, tapi lama kelamaan digenggamnya juga ‘garuda perkasa’-ku. Bahkan di pijit-pijit sehingga aku pun menggelinjang keenakan.

“Shh.. shh..!” desis ku sambil mengulum lidahnya. Tangan kanan ku, setelah membimbing tangan kiri Tante menggenggam zakar ku lalu ku teruskan perjalanan tangan kanan ku ke celah paha Tante yang sudah basah. Ku sibakkan rambut-rambut tebal itu, mencari celah-celah lalu menyisipkan jari telunjuk dan jari tengah ku di situ. 

Ku gerakkan keluar-masuk dan Tante pun mendesis-desis, genggamannya di zakar ku terasa mengeras. Aku tidak tahan lagi.
“Masukin ya, Tante?” bisik ku, lupa pada janji ku.
“Ja.. jangan, Ron..!”
“Ak.. aku nggak tahan lagi, Tante..!” pinta ku.
“Di.. dijepit paha saja ya, Ron..”.

Tanpa ku suruh, Tante lalu telentang dan mengangkangkan pahanya. Pelan aku menaikinya. Tante membimbing zakar ku di antara pahanya sekitar sejengkal di bawah vagina, lalu menjepitnya. Ia menggerak-gerakkan pahanya sehingga zakar ku terpelintir-pelintir nikmat sekali.

Payudara besar Tante menekan dada ku juga. Tangan kiri ku mengutil-ngutil puting kanannya. Ciuman ke bibirnya kul anjutkan lagi, jemari tangan kanan ku juga terus berupaya memasuki vagina Tante dan mengocoknya.

“Heshh.. heshh.. Ron.. mm..,” Tante sulit bicara karena mulutnya masih ku kulum.
“Tangan mu.. Ron..!” tangan kanan Tante berusaha menghentikan kegiatan tangan kiri ku di putingnya, sedangkan tangan kanannya berusaha menghentikan kegiatan jemari kanan ku di vaginanya.

Dipegangnya jemari ku. Aku hentikan gerakan ku, tapi tiga jari ku tetap terendam di vagina basah itu dan ku kutil-kutil kecil. Sampai Tante tidak tahan dan mengangkangkan sedikit pahanya hingga jepitan pada zakarku terlepas. Cepat ku tarik jemari ku dari situ dan k unaikkan sedikit tubu hku sehingga sekarang ganti zakar ku berada di pintu gerbang nikmat itu. Kepalanya malah sudah menyeruak masuk.
“Hshh.. Ron, jangan dimasukkan..!” Tante buru-buru memegang zakar ku, digenggamnya.
“Tapi aku sudah nggak tahan Tante..” desisku.
“Cukup kepalanya saja, Ron.. dan jangan dikocok..!” Tante memperketat genggamannya, sementara aku semakin memperderas tekanan ke vaginanya.
“Ii.. ingat janjimu, Ron..!”.
“Ta.. tapi Tante juga ingin kan?” tanya ku polos.
“Ii.. iya sih, Ron. Tante juga sudah nggak tahan. Tapi ini zinah namanya”.
“Apa kalau tidak di masukkan bukan zinah, Tante?” tanya ku bloon.
“Bu.. bukan, Ron. Asal burung mu tidak masuk ke vagina Tante, bukan zinah..” aku jadi bingung.

Terus terang tidak mengerti definisi zinah menurut Tante ini.
“Kalau begitu, apa Tante punya jalan keluar? Kita sudah sama-sama terangsang berat. Tapi kita nggak mau berzinah.”
“Egh.. gini aja Ron. Tante akan.. ugh.. mengulum punyamu. Turunlah sebentar..!”

Dan aku pun menurut, turun dari atas Tante dan telentang. Tante bangkit lalu memutar badannya dan mengangkangi ku. Mulutnya ada di atas zakar ku dan vaginanya di atas wajah ku. Ku rasakan ia mulai menggenggam dan mengulum ‘garuda perkasa’-ku. Di kulum dan digerakkan naik turun di mulutnya.

Shiit.. hsshh.. nikmat sekali. Jemari ku segera menangkap pinggulnya yang bergerak maju mundur dan segera ku selipkan empat jari kanan ke vaginanya. Ku gerakkan cepat, malah agak kasar, keluar masuk sampai basah semua.
“Ugh.. uughh.. uagh.. Ron..! Ron, Tante mau keluar, mm.. mm..” 

Tante terus mengulum sambil meracau.
Sekejap kemudian tubuhnya berhenti bergerak, lalu pinggul yang ku pegangi terasa berkejat-kejat. Kemudian cairan hangat membanjiri tangan ku dan sebagian menetesi dadaku.

Ku rasakan cairan itu seperti air maniku hanya lebih encer dan bening. Tante kemudian terkapar kelelahan di atas ku dengan posisi mulutnya tetap mengulum zakar ku sambil mengocoknya. Tidak berapa lama, aku pun merasa mau keluar.
“Egh.. egh.. Tante. Aku mau keluar..!” Tante malah mempercepat kocokannya dan memperdalam kulumannya.

Aku berkejat dan muncrat memasuki mulut Tante dan ditelannya, semuanya habis ditampung mulut Tante. Akhirnya aku pun lemas dan ikut menggelepar kelelahan.

Tangan-kaki ku terkapar lemas ke kiri-kanan. Tante juga terkapar kelelahan namun mulutnya masih terus menjilati zakar ku sampai bersih, barulah kemudian dia berbalik dan memeluk ku. Wajah kami berhadapan, mata Tante merem-melek.
“Kalau yang barusan ini bukan zinah tante?” tanya ku lagi.
“Bukan, Ron.. karena kamu tidak memasukkan burungmu ke vagina Tante.” jawabnya sambil mata memejam.

Aku tidak tahu apakah jawabnya itu benar atau salah. Namun, setelah kupikir-pikir, aku lalu bertanya lagi, “Jadi kalau begitu, boleh dong kita melakukan lagi seperti yang barusan ini, Tante?”
“He-eh..” jawabnya sambil terkantuk-kantuk kemudian dengkur kecilnya mulai terdengar lagi.

Jam enam pagi waktu itu. Aku pun segera menebarkan selimut lagi di atas tubuh polos kami dan memeluknya dengan ketat. Rasanya aku tidak mau melepaskan tubuh Tante walau sekejap pun. Persetan dengan pekerjaan, persetan dengan kuliah. Sengaja aku juga tidak mengingatkan Tante akan pekerjaan kami. Aku malah berharap menginap lagi semalam, biar ada kesempatan bersebadan dengan Tante lebih lama lagi.

Sepanjang hari ini aku mau bercumbu terus dengan Tante, sampai sperma ku keluar sepuluh kali lagi! Begitu angan-angan jorok ku.

Ya, akhirnya memang kami hari itu tidak keluar kamar dan memperpanjang menginap sehari lagi. Selama di dalam kamar, di atas ranjang, kami tidak pernah mengenakan pakaian barang selembar pun.

Hampir setiap tiga jam sekali aku dan Tante sama-sama mengalami orgasme, meskipun hanya pakai bantuan tangan atau mulut dan lidah.

Jam delapan pagi, sebelas, dua siang, lima sore, delapan malam, sebelas malam, dua pagi, lima pagi dan delapan paginya lagi kami selalu terkejat-kejat dan orgasme hampir bersamaan. Selama itu memang Tante masih selalu ingat untuk menolakku yang ingin memasukkan penis ku ke vaginanya, dan aku pun menurutinya.

Namun, akhirnya Tante terlena dan aku pun bebas memasukkan penis ku ke vaginanya. Tentunya setelah kami pulang dari perjalanan bisnis berkesan itu, dan kembali pulang ke rumah. Kesempatan itu terbuka lebar karena memang aku suka tinggal di rumahnya.

Posting Komentar untuk "Perjalanan Bisnis Berkesan Bersama Tante Ku"