Semuanya berjalan normal sampai suatu hari, kedua orang tuaku yang sudah berusia senja menyuruhku menikah dengan salah seorang anak dari kerabat mereka. Pernah terlintas di kepalaku untuk tidak menuruti kemauan kedua orang tuaku, tetapi apa lagi yang bisa kuperbuat untuk mereka selain menjalani pernikahan tanpa adanya hubungan rasa cinta sebelumnya.
Namaku Ilham, karena juga karena merupakan anak satu-satunya , kedua orangtuaku sangat ingin cepat-cepat memiliki cucu dariku.
Wanita itu namanya Ida, dia seumuran denganku, dia juga bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai general manager.
Namaku Ilham, karena juga karena merupakan anak satu-satunya , kedua orangtuaku sangat ingin cepat-cepat memiliki cucu dariku.
Wanita itu namanya Ida, dia seumuran denganku, dia juga bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai general manager.
Hari pernikahan kami berjalan lancar, yang kami berdua lakukan hanya tersenyum dan melambaikan tangan saja sepanjang hari, tidak seperti pasangan lainnya yang sangat antusias dengan perkawinannya. Kami berdua atau mungkin saya lebih tepatnya malah seolah-olah tidak perduli dengan apa yang terjadi dengan apa yang terjadi hari itu.
Malam pertama kami, bisa di bilang sangat aneh, tak ada hiasan pengantin, suasana yang harusnya romantis berubah menjadi sekaku es. Sepanjang malam tidak ada satupun dari kami yang memutuskan untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu.
Matahari mulai menampakan diri di timur, ku putuskan untuk keluar dari kamar ku untuk membuat secangkir kopi di dapur.
Setengah jam sudah dan kopi di cangkirku hampir habis,
“gue ke kantor dulu, pulangnya mungkin agak kemaleman” ujar Ida sambil mengenakan sepatu di ruang tengah.
Kata-katanya tidak dapat ku hiraukan, seakan terbawa dalam lamunan banyak hal yang menghantui pikiranku, suara pintu depan kemudian menyadarkanku bahwa wanita yang menyapaku tadi adalah istriku.
“gue ke kantor dulu, pulangnya mungkin agak kemaleman” ujar Ida sambil mengenakan sepatu di ruang tengah.
Kata-katanya tidak dapat ku hiraukan, seakan terbawa dalam lamunan banyak hal yang menghantui pikiranku, suara pintu depan kemudian menyadarkanku bahwa wanita yang menyapaku tadi adalah istriku.
Waktu terasa begitu lambat berjalan, setelah semua pekerjaanku di kantor selesai kuputuskan untuk pulang dan beristirahat. Setibanya di rumah keadaan sepertinya masih sama seperti dulu saat aku masih membujang, tidak ada yang berubah,..... tiba tiba
“udah pulang kamu?” tanya ida diiringi dengan senyum.
“sorry yah tadi gue nggak sempet masak, kita delivery aja yah” sambungnya.
Tanpa berkata satu katapun, aku berjalan pergi meninggalkannya, seperti belum yakin kalau semua ini sudah terjadi.
“udah pulang kamu?” tanya ida diiringi dengan senyum.
“sorry yah tadi gue nggak sempet masak, kita delivery aja yah” sambungnya.
Tanpa berkata satu katapun, aku berjalan pergi meninggalkannya, seperti belum yakin kalau semua ini sudah terjadi.
Setelah mandi, ku nyalakan televisi, tidak lama setelah itu terdengar bunyi bel dari pintu depan, ternyata kedua orang tua kami datang berkunjung.
“eh, kok nggak bilang kalau mau dateng?” tanya Ida kepada kedua orangtua kami sambil menggandeng tanganku.
Tangan Ida terasa dingin, mungkin karena dia baru selesai mandi dan sepertinya Ida belum memakai daleman. Kedua buah dadanya menjepit lenganku dan entah sengaja atau tidak Ida mulai menggosokan kedua buah dadanya naik turun, sebenarnya kejadian itu sangat aku nikmati namun karena memang pada dasarnya kami tidak memiliki rasa cinta, jadi aku memutuskan untuk bersikap normal.
Kunjungan kedua orang tua kami berakhir pukul 23.30 malam, kejadian tadi membuatku bingung harus bersikap seperti apa. Seumur hidup baru pernah aku diperlakukan seperti tadi, bisa saja kejadian tadi kunikmati, tetapi Ida bukanlah wanita yang kucintai.
Yang anehnya lagi, hingga kedua orang tua kami pulang Ida tetap menggandeng tanganku, seakan tidak ingin dilepaskannya. Tidak ingin terus dalam keadaan yang membuatku seperti orang bodoh itu, kulepaskan tanganku dari dekapannya dan pergi ke ruang kerjaku.
Langkah kakiku menuju ruang kerja terasa semakin berat, Ida sebenarnya hanya ingin memulai sesuatu yang baik, tetapi mungkin aku terlalu serius menanggapinya. Saat pekerjaan kantorku hampir selesai Ida datang menghampiriku,
“eh, kok nggak bilang kalau mau dateng?” tanya Ida kepada kedua orangtua kami sambil menggandeng tanganku.
Tangan Ida terasa dingin, mungkin karena dia baru selesai mandi dan sepertinya Ida belum memakai daleman. Kedua buah dadanya menjepit lenganku dan entah sengaja atau tidak Ida mulai menggosokan kedua buah dadanya naik turun, sebenarnya kejadian itu sangat aku nikmati namun karena memang pada dasarnya kami tidak memiliki rasa cinta, jadi aku memutuskan untuk bersikap normal.
Kunjungan kedua orang tua kami berakhir pukul 23.30 malam, kejadian tadi membuatku bingung harus bersikap seperti apa. Seumur hidup baru pernah aku diperlakukan seperti tadi, bisa saja kejadian tadi kunikmati, tetapi Ida bukanlah wanita yang kucintai.
Yang anehnya lagi, hingga kedua orang tua kami pulang Ida tetap menggandeng tanganku, seakan tidak ingin dilepaskannya. Tidak ingin terus dalam keadaan yang membuatku seperti orang bodoh itu, kulepaskan tanganku dari dekapannya dan pergi ke ruang kerjaku.
Langkah kakiku menuju ruang kerja terasa semakin berat, Ida sebenarnya hanya ingin memulai sesuatu yang baik, tetapi mungkin aku terlalu serius menanggapinya. Saat pekerjaan kantorku hampir selesai Ida datang menghampiriku,
“masih marah ya?, maaf deh lain kali gue bakal ngasih tau lo dulu kalo gue mau berimprovisasi” suara Ida terdengar pelan penuh penyesalan.
“Nggak, gue nggak marah.. gue cuma bingung aja tadi, mau nanggepinnya gimana” balasku, perlahan mulai ku sadari bahwa tidak ada jalan keluar lain selain membicarakan semua masalah dengan baik-baik.
“ya udah, kalo gitu gue tidur duluan yah..” sambung Ida dengan senyum manis di wajahnya.
Untuk ukuran kecantikan, Ida termasuk wanita yang cantik dan menawan, sebagai wanita karir yang selalu mementingkan penampilan, Ida sebenarnya sangat sexy seperti pada foto.
Walaupun orangnya perfectionis, Ida tetap bisa membagi diri agar tetap bisa jadi orang yang asik, contohnya di kantor dia selalu berusaha terlihat berwibawa dan selalu rapih sedangkan di rumah dia sering hanya memakai celana jeans pendek dan tank top.
Selain itu Ida sebenarnya orang yang mudah mencairkan suasana dan nyambung jika diajak bercerita tetapi karena pada dasarnya belum memiliki rasa sayang jadi masih sangat sungkan bagiku untuk melakukan sesuatu padanya.
Malam itu sofa di ruang tv menjadi tepat tidurku, sengaja kubiarkan Ida tidur sendiri di kamar karena masih ada sesuatu yang mengganjal dalam diriku.
Malam itu sofa di ruang tv menjadi tepat tidurku, sengaja kubiarkan Ida tidur sendiri di kamar karena masih ada sesuatu yang mengganjal dalam diriku.
Keesokan harinya Ida bangun lebih dulu, segera ia menuju ruang tv dan melihatku yang sedang tidur,
“loh, nggak tidur di dalem? Entar masuk angin loh” suara Ida terdengar di pagi hari saat ku coba untuk mengumpulkan nyawa.
“nggak apa-apa,.......kalo gue tidur ama lo, entar kesannya gimana gitu” kataku sambil mengusap mata.
“gue buatin kopi mau nggak?” tanya Ida.
“nggak, nggak usah, gue bisa buat sendiri kok” jawabku.
“udah, nih...” ujar Ida sambil menyodorkan secangkir kopi kepadaku, setelah itu dia duduk tepat disampingku, sangat dekat hingga paha kami berdua bersentuhan.
“loh, nggak tidur di dalem? Entar masuk angin loh” suara Ida terdengar di pagi hari saat ku coba untuk mengumpulkan nyawa.
“nggak apa-apa,.......kalo gue tidur ama lo, entar kesannya gimana gitu” kataku sambil mengusap mata.
“gue buatin kopi mau nggak?” tanya Ida.
“nggak, nggak usah, gue bisa buat sendiri kok” jawabku.
“udah, nih...” ujar Ida sambil menyodorkan secangkir kopi kepadaku, setelah itu dia duduk tepat disampingku, sangat dekat hingga paha kami berdua bersentuhan.
Pagi itu Ida menggunakan hotpants dan baju kaos oblong yang kebesaran, yang membuatnya semakin terlihat sexy.
“nggak ngantor?” tanyaku basa-basi, jantungku berdetak kencang.
“nggak ngantor?” tanyaku basa-basi, jantungku berdetak kencang.
Saat selesai bertanya, Ida menaruh tangannya di pahaku, dan menatapku dengan matanya yang indah,
“jam sembilan lewat dikit baru gue berangkat, lo?” tanya Ida balik.
“sama, gue juga...... kita berangkat bareng mau?” Balasku.
“Siap komandan,,.” Jawab Ida sambil tertawa,
Waktu sebelum berangkat ke kantor itu kami gunakan untuk bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena suasana hatiku yang sedang senang. Sepulang kantor, ku jemput juga Ida di kantornya kemudian kami makan malam di sebuah restoran dekat rumah kami, setelah itu kami pulang.
“jam sembilan lewat dikit baru gue berangkat, lo?” tanya Ida balik.
“sama, gue juga...... kita berangkat bareng mau?” Balasku.
“Siap komandan,,.” Jawab Ida sambil tertawa,
Waktu sebelum berangkat ke kantor itu kami gunakan untuk bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena suasana hatiku yang sedang senang. Sepulang kantor, ku jemput juga Ida di kantornya kemudian kami makan malam di sebuah restoran dekat rumah kami, setelah itu kami pulang.

Sesampainya di rumah, kuputuskan untuk mandi dan langsung menonton tv. Jam menunjukkan pukul 21.00, tetapi mataku sudah terasa berat, sambil menahan rasa kantuk ku langkah-kan kakiku menuju kamar, segera pintu kamar kubuka sedikit dan hendak masuk kedalamnya tetapi langkahku tertahan oleh sebuah pemandangan yang baru pertama kali ku lihat seumur hidup, lemari baju Ida terbuka, Ida sedang sibuk mencari-cari bajunya dalam keadaan topless dan hanya memakai celana jeans pendek. Refleks langsung kututup pintu itu sembari meminta maaf.
Walaupun beberapa detik tadi sangat kunikmati, melihat kedua buah dada Ida yang lumayan besar dihadapan mataku, sangat ranum dan bentuknya pun bulat sempurna juga kencang, tapi kembali lagi rasa bersalah memenuhi kepalaku hingga membuatku lupa bahwa itu adalah hal yang wajar bagi suami istri.
“Da, sorry gue mau ngambil bantal, gue nggak ngintip kok” ujarku dari luar kamar, memang terdengar sangat bodoh jika ada seorang suami yang meminta maaf saat melihat istrinya telanjang, tetapi itulah yang terjadi padaku sekarang ini.
“nggak apa-apa masuk aja....” sahut Ida dari dalam kamar.
Dengan menggunakan tangan kiri, kututup mataku sedangkan tangan kananku meraba-raba permukaan tempat tidur untuk mencari bantal
“udah, tangannya dilepas aja, matanya dibuka,” suara Ida terdengar sambil mencolek pinggangku.
“sorry, gue bukan mau ngintip tadi, gue bener-bener nggak sengaja” ujarku sedikit malu-malu.
“nyantai aja lagi, gue yang di intip kok lo yang panik......gue juga baru pertama kali diintipin cowok” balas Ida sambil tertawa.
“eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng gue...” sambung Ida sambil menepuk tempat tidur.
“udah, cepetan tvnya di matiin dulu” lanjut wanita itu sambil sedikit mendorongku.
Setelah tv ku matikan, terus langkahku kuarahkan kembali ke kamar. Di kamar, Ida sudah berada di atas tempat tidur, kakinya yang jenjang dan putih membuat suasana hatiku tak-karuan. Sikap Ida yang sangat baik padaku membuatku mulai menikmati perjodohan ini dan sedikit membuka hatiku bagi wanita ini.
“sini,” ujar Ida sambil membetulkan posisi bantal yang berada di sampingnya.
Kurebahkan tubuhku tepat disampingnya dan langsung kupejamkan mataku, berharap tidak terjadi hal-hal yang aneh malam itu.
“lo masih punya pacar yah waktu kita nikah”
kucoba untuk membuka mataku pelan-pelan, kutatap wajahnya yang kini sangat dekat denganku, posisi tubuh Ida sudah menindih sebagian tubuhku,
“nggak,, emang napa?” tanyaku balik.
“penasaran aja, abisnya lo dingin banget.. serem tau” jawab ida sambil tersenyum kecil.
“gue cuman kaget aja, keadaan berubah drastis banget” ujarku.
“ohh... gue kira lo jeruk makan jeruk lagi...” sambung wanita itu.
“ahh.... lo kate gue maho?” jawabku bercanda, tangan Ida perlahan mulai memelukku perutku dan mulai lah dia menutup matanya.
“abisss.....” cekikik Ida memenuhi ruangan itu.
Karena tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur sampai pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu.
“nggak,, emang napa?” tanyaku balik.
“penasaran aja, abisnya lo dingin banget.. serem tau” jawab ida sambil tersenyum kecil.
“gue cuman kaget aja, keadaan berubah drastis banget” ujarku.
“ohh... gue kira lo jeruk makan jeruk lagi...” sambung wanita itu.
“ahh.... lo kate gue maho?” jawabku bercanda, tangan Ida perlahan mulai memelukku perutku dan mulai lah dia menutup matanya.
“abisss.....” cekikik Ida memenuhi ruangan itu.
Karena tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur sampai pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu.
Keesokan harinya Ida bangun terlebih dahulu, sepanjang malam dia memelukku dan tertidur dengan posisi setengah tubuhnya menindih tubuhku, dengan posisi seperti ini kedua buah dadanya menempel pada tubuhku dan kurasakan kehangatan yang beda dari sebelumnya.
“beb,... bangun ih nggak ngantor kamu?” tanya Ida sambil menjepit hidungku.
“beb?,,, bebek kali?” jawabku bercanda.
“iiih tuh kan bercanda lagi, terus maunya dipanggil apa?” tanya Ida lagi.
“terserah kamu deh...” ujarku sambil mengucek-ngucek mata.
Mulai pagi itu, di kantor hidupku terasa semakin indah. Ida sangat perhatian padaku dan terus saja mengirimkan SMS yang menanyakan kegiatanku dan lain-lain. Dan mulai pagi itu kehidupan kami mulai berubah seperti pengantin baru pada umumnya.
“beb,... bangun ih nggak ngantor kamu?” tanya Ida sambil menjepit hidungku.
“beb?,,, bebek kali?” jawabku bercanda.
“iiih tuh kan bercanda lagi, terus maunya dipanggil apa?” tanya Ida lagi.
“terserah kamu deh...” ujarku sambil mengucek-ngucek mata.
Mulai pagi itu, di kantor hidupku terasa semakin indah. Ida sangat perhatian padaku dan terus saja mengirimkan SMS yang menanyakan kegiatanku dan lain-lain. Dan mulai pagi itu kehidupan kami mulai berubah seperti pengantin baru pada umumnya.
Sehabis jam kantor, ku arahkan mobilku langsung pulang. Sampai dirumah, Ida ternyata pulang lebih cepat.
Malam itu Ida mengenakan baju kaos bola barcelona dengan celana hotpants, baju itu dimodifikasinya hingga bahu sebelah kanannya terlihat keluar dari leher baju bola itu.
“baju bola gue tuh?” tanyaku.
“iya..,, emang istri itu nggak boleh pake baju suaminya?” tanya Ida balik.
“nggak juga sih,,,eh tapi kamu cantik loh kayak gitu” ujarku menggodanya.
“udah ah...makan dulu sana....keburu dingin” kata ida sambil menunjuk ke arah ruang makan.
Selain cantik, baik hati dan sangat profesional dalam segala hal, Ida juga jago masak. Sehabis makan, aku segera pergi ke ruang tv menemui Ida yang sedang asik mencari siaran film-film box office yang biasa diputar di tv saat larut malam.
“duduk sini,... deket gue” suara Ida terdengar saat kakiku mulai menginjak ruang tv.
Sambil memegang sekaleng minuman dingin, perlahan kutempatkan tubuhku tepat disampingnya. Ida langsung menarik tanganku dan menggengam jemariku erat-erat. Perasaan ku tidak menentu, sudah lama sekali sejak aku duduk di bangku SMA baru sekarang lagi ada cewek yang begitu dekat denganku seperti ini.
Sebagai laki-laki normal, firasatku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh Ida, tetapi dia masih malu karena sikap ku yang masih begitu cuek, ku coba untuk memberi perhatian sedikit untuknya.
“baju bola gue tuh?” tanyaku.
“iya..,, emang istri itu nggak boleh pake baju suaminya?” tanya Ida balik.
“nggak juga sih,,,eh tapi kamu cantik loh kayak gitu” ujarku menggodanya.
“udah ah...makan dulu sana....keburu dingin” kata ida sambil menunjuk ke arah ruang makan.
Selain cantik, baik hati dan sangat profesional dalam segala hal, Ida juga jago masak. Sehabis makan, aku segera pergi ke ruang tv menemui Ida yang sedang asik mencari siaran film-film box office yang biasa diputar di tv saat larut malam.
“duduk sini,... deket gue” suara Ida terdengar saat kakiku mulai menginjak ruang tv.
Sambil memegang sekaleng minuman dingin, perlahan kutempatkan tubuhku tepat disampingnya. Ida langsung menarik tanganku dan menggengam jemariku erat-erat. Perasaan ku tidak menentu, sudah lama sekali sejak aku duduk di bangku SMA baru sekarang lagi ada cewek yang begitu dekat denganku seperti ini.
Sebagai laki-laki normal, firasatku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh Ida, tetapi dia masih malu karena sikap ku yang masih begitu cuek, ku coba untuk memberi perhatian sedikit untuknya.
Kucoba sandarkan tubuhku ke kursi dan benar saja, Ida langsung menyandarkan kepalanya di bahuku. Ku naikan tanganku sedikit agar Ida bisa meletakkan kepalanya di dadaku. Tubuh Ida sangat hangat, kubiarkan tangannya menyusuri pinggangku lalu dipeluknya.
“da,.... kalo mau minta tolong, atau mau ngomong sesuatu, kasih tahu aja...,,, aku siap bantu kok” ujarku untuk memecah suasana.
“kamu masih belum nerima kenyataan kalo kita udah nikah ya?” tanya Ida pelan.
“dulu sih iya,,,, tapi sekarang udah nggak,...abis kamu baik, cantik lagi” gombal ku.
“ih gombal,.” Balas Ida, sambil mencubit pinggangku.
“kalo aku sih pasrah aja ama orang tuaku mau di suruh apa juga, yang penting pekerjaanku nggak keganggu” sambung Ida.
“aku mau minta sesuatu sama kamu” lanjut Ida.
“minta apa?” tanyaku.
“ehm,,...gimana ngomongnya ya..” jawab Ida.
“udah,. Bilang aja nggak usah malu” ujarku.
“beneran nih , gak apa-apa?..” tanya Ida.
“iya...beneran..,,trus apa?”.
“boleh minta cium nggak?” pinta Ida.
“ooh..” langsung ku daratkan bibir ku ke pipinya.
“iiihh...bukan di situ, tapi di sini” ujar Ida sambil menunjuk bibirnya.
Sebenarnya pada waktu itu, hatiku ingin sekali menciumnya tetapi seumur hidupku, belum ada satupun wanita yang pernah ku cium, gaya pacaran ku saat SMA dulu juga paling cuma gandengan tangan saja, tidak lebih. Oleh karena itu beberapa lama kupikirkan hingga,
“kamu nggak mau yah.,, nggak apa-apa deh kalo gitu” ujar Ida dengan nada sedikit kecewa.
“nggak ,, gue cuma..” perkataanku terhenti.
“cuma apa...?” tanya Ida.
“belum pernah ciuman...” ujarku malu-malu, muka ku semakin merah saat selesai mengatakannya.
“astaga,.. jadi kalo nanti kita ciuman, itu jadi first kiss lo dong?”
Masih dalam keadaan bingung dan malu, Ida menganggkat wajahku yang tertunduk malu. Dan menatap ku dengan penuh rasa cinta.
“gue yang pertama, mau nggak?” tanya Ida.
Perasaan ku seperti melayang-layang di udara. Senang sekali rasanya, memang dulu tidak pernah ku harapkan Ida yang menjadi First kiss ku, tetapi karena dia begitu baik dan menyenangkan, akhirnya ku biarkan semuanya berjalan seperti air mengalir.
“gue ajarain dulu yah, terus nanti kalo udah bisa, lo bales ya?” pinta ida.
Segera di ciumnya kedua bibirku. Bibir Ida sangat tipis dan hangat, beberapa detik ku nikmati bibirnya yang menempel pada bibir ku.
“da,.... kalo mau minta tolong, atau mau ngomong sesuatu, kasih tahu aja...,,, aku siap bantu kok” ujarku untuk memecah suasana.
“kamu masih belum nerima kenyataan kalo kita udah nikah ya?” tanya Ida pelan.
“dulu sih iya,,,, tapi sekarang udah nggak,...abis kamu baik, cantik lagi” gombal ku.
“ih gombal,.” Balas Ida, sambil mencubit pinggangku.
“kalo aku sih pasrah aja ama orang tuaku mau di suruh apa juga, yang penting pekerjaanku nggak keganggu” sambung Ida.
“aku mau minta sesuatu sama kamu” lanjut Ida.
“minta apa?” tanyaku.
“ehm,,...gimana ngomongnya ya..” jawab Ida.
“udah,. Bilang aja nggak usah malu” ujarku.
“beneran nih , gak apa-apa?..” tanya Ida.
“iya...beneran..,,trus apa?”.
“boleh minta cium nggak?” pinta Ida.
“ooh..” langsung ku daratkan bibir ku ke pipinya.
“iiihh...bukan di situ, tapi di sini” ujar Ida sambil menunjuk bibirnya.
Sebenarnya pada waktu itu, hatiku ingin sekali menciumnya tetapi seumur hidupku, belum ada satupun wanita yang pernah ku cium, gaya pacaran ku saat SMA dulu juga paling cuma gandengan tangan saja, tidak lebih. Oleh karena itu beberapa lama kupikirkan hingga,
“kamu nggak mau yah.,, nggak apa-apa deh kalo gitu” ujar Ida dengan nada sedikit kecewa.
“nggak ,, gue cuma..” perkataanku terhenti.
“cuma apa...?” tanya Ida.
“belum pernah ciuman...” ujarku malu-malu, muka ku semakin merah saat selesai mengatakannya.
“astaga,.. jadi kalo nanti kita ciuman, itu jadi first kiss lo dong?”
Masih dalam keadaan bingung dan malu, Ida menganggkat wajahku yang tertunduk malu. Dan menatap ku dengan penuh rasa cinta.
“gue yang pertama, mau nggak?” tanya Ida.
Perasaan ku seperti melayang-layang di udara. Senang sekali rasanya, memang dulu tidak pernah ku harapkan Ida yang menjadi First kiss ku, tetapi karena dia begitu baik dan menyenangkan, akhirnya ku biarkan semuanya berjalan seperti air mengalir.
“gue ajarain dulu yah, terus nanti kalo udah bisa, lo bales ya?” pinta ida.
Segera di ciumnya kedua bibirku. Bibir Ida sangat tipis dan hangat, beberapa detik ku nikmati bibirnya yang menempel pada bibir ku.
Tak lama setelah itu, Ida mulai memagut bibirku dan mulai menjulurkan lidahnya kedalam mulutku.
“dibales dong” ujar Ida di sela-sela serangannya ke bibirku.
Kubalas ciumannya dengan cara yang sama seperti yang dia ajarkan.
“mmhhh” hanya itu segelintir suara yang dapat kudengar dari mulut Ida.
Setelah beberapa menit, ku lepaskan ciuman ku. Ida tertawa lepas sambil memandangiku.
“nah, bibir lo udah nggak perjaka lagi.,, sapa dulu dong gurunya.” ujar Ida sambil menepuk dadanya.
“gila juga lo ya,.. master banget deh kayaknya,.. buka kursus juga yah?” tanyaku.
“ya nggak lah,... gue juga baru pertama kali praktek nih, yang biasanya cuman gue baca di buku ama di film bf ternyata rasanya dahsyat yah” jawab Ida.
Baru ku tahu kalo Ida juga baru pertama kali ciuman dengan cowok, mungkin karena sepintas dia orangnya perfectionist jadi cowok-cowok pada sungkan mau jadi pacarnya.
“jadi bibir lo juga udah nggak perawan nih?” candaku.
“apa lagi yang masih perawan?” tanyaku menggodanya.
“ya semuanya lah...” jawab Ida sambil menarik bibirku.
“mau dong nyobain...” candaku.
“sok atuh,...silahken...” jawab Ida sambil menarik tanganku mendekati tubuhnya.
“sorry,.. gue becanda kok...,,” ujarku.
“beneran juga nggak apa-apa” sambung Ida.
“nanggung gak sih rasanya kalo cuman gitu-gitu aja” lanjut Ida memancing ku.
“terus maunya gimana?” tanyaku.
“nggak ngerti-ngerti juga?” jawab Ida.
“ngomongnya langsung aja, nggak usah berbelit-belit bingung gue” sambungku.
“gue mau dientotin ama lo.. beiby” balas Ida sambil menarik baju ku.
Kurasakan seperti ada yang mencongkel keluar jantung ku dengan pisau yang sangat tajam, tak ku sangka sebenarnya selama ini walaupun perbuatan ku kepada Ida sangat kasar, ternyata dia masih memendam hasrat yang begitu dalam pada ku.
“yah...,,gue tabu...nggak tau harus gimana duluan” ujarku.
“kan ada film Bokep..,, liat dari situ aja bisa kan?” balas ida.
“coba deh,..” jawab ku.
Ida segera berjalan menuju kamar tidur kami dan kembali membawa kotak kecil yang kukira isinya adalah segala macam peralatan make up seperti yang biasa wanita-wanita career koleksi, tapi ternyata isinya adalah kumpulan DVD film-film porno dari jepang, latin, blonde, redhead, amateur, dan lain-lain.
“lengkap banget,..hobby nonton ginian yah?” tanyaku sambil melihat-lihat koleksi kasetnya.
“eh, ini punya temen kantor aku lagi,.. nonton sih sering tapi kalo punya koleksi sebanyak ini....enggak deh” jawab Ida.
“gue kira lo hyper “ kataku bercanda.
“eh hyper juga asik tau, bisa siap setiap saat” sambungnya sambil tertawa dan terus mencari sebuah kaset yang menurutnya sangat bagus.
“dibales dong” ujar Ida di sela-sela serangannya ke bibirku.
Kubalas ciumannya dengan cara yang sama seperti yang dia ajarkan.
“mmhhh” hanya itu segelintir suara yang dapat kudengar dari mulut Ida.
Setelah beberapa menit, ku lepaskan ciuman ku. Ida tertawa lepas sambil memandangiku.
“nah, bibir lo udah nggak perjaka lagi.,, sapa dulu dong gurunya.” ujar Ida sambil menepuk dadanya.
“gila juga lo ya,.. master banget deh kayaknya,.. buka kursus juga yah?” tanyaku.
“ya nggak lah,... gue juga baru pertama kali praktek nih, yang biasanya cuman gue baca di buku ama di film bf ternyata rasanya dahsyat yah” jawab Ida.
Baru ku tahu kalo Ida juga baru pertama kali ciuman dengan cowok, mungkin karena sepintas dia orangnya perfectionist jadi cowok-cowok pada sungkan mau jadi pacarnya.
“jadi bibir lo juga udah nggak perawan nih?” candaku.
“apa lagi yang masih perawan?” tanyaku menggodanya.
“ya semuanya lah...” jawab Ida sambil menarik bibirku.
“mau dong nyobain...” candaku.
“sok atuh,...silahken...” jawab Ida sambil menarik tanganku mendekati tubuhnya.
“sorry,.. gue becanda kok...,,” ujarku.
“beneran juga nggak apa-apa” sambung Ida.
“nanggung gak sih rasanya kalo cuman gitu-gitu aja” lanjut Ida memancing ku.
“terus maunya gimana?” tanyaku.
“nggak ngerti-ngerti juga?” jawab Ida.
“ngomongnya langsung aja, nggak usah berbelit-belit bingung gue” sambungku.
“gue mau dientotin ama lo.. beiby” balas Ida sambil menarik baju ku.
Kurasakan seperti ada yang mencongkel keluar jantung ku dengan pisau yang sangat tajam, tak ku sangka sebenarnya selama ini walaupun perbuatan ku kepada Ida sangat kasar, ternyata dia masih memendam hasrat yang begitu dalam pada ku.
“yah...,,gue tabu...nggak tau harus gimana duluan” ujarku.
“kan ada film Bokep..,, liat dari situ aja bisa kan?” balas ida.
“coba deh,..” jawab ku.
Ida segera berjalan menuju kamar tidur kami dan kembali membawa kotak kecil yang kukira isinya adalah segala macam peralatan make up seperti yang biasa wanita-wanita career koleksi, tapi ternyata isinya adalah kumpulan DVD film-film porno dari jepang, latin, blonde, redhead, amateur, dan lain-lain.
“lengkap banget,..hobby nonton ginian yah?” tanyaku sambil melihat-lihat koleksi kasetnya.
“eh, ini punya temen kantor aku lagi,.. nonton sih sering tapi kalo punya koleksi sebanyak ini....enggak deh” jawab Ida.
“gue kira lo hyper “ kataku bercanda.
“eh hyper juga asik tau, bisa siap setiap saat” sambungnya sambil tertawa dan terus mencari sebuah kaset yang menurutnya sangat bagus.
“nah ini dia akhirnya ketemu.” ujar Ida sambil merapihkan kaset-kaset lain yang berantakan di atas sofa di ruang tv.
“nontonnya di kamar aja, supaya kalau capek bisa langsung tidurr” sambung Ida.
“emangnya kita mau nyangkul? Capek?” tanyaku bercanda.
Sebenarnya suasana hatiku saat ini sangat tak karuan ada senang bercampur bingung, kata-kata yang keluar dari mulut Ida menandakan bahwa dia sudah sangat mempercayaiku dan sangat menyayangiku, sementara aku masih bingung dengan perasaanku sendiri.
Adegan film pertama di kaset itu dipenuhi dengan ciuman, Ida menyuruh ku duduk diatas tempat tidur dan dia duduk di pangkuan ku.
“tau gak, itu tuh namanya foreplay” ujar Ida.
Mulailah ida memagut bibir ku, selama beberapa menit kami mempertahankan posisi seperti itu. Film pun berganti adegan, sekarang pemeran cowok di film itu mulai menggerayangi tubuh pemeran wanitanya. Baju pemeran wanita di singkap keatas dan payudara wanita itu mulai diemut oleh pemeran pria itu.
“pengen deh di gituin” Ida tiba-tiba melepaskan ciuman kami dan mengatakannya.
Posisi ida sekarang duduk berhadapan denganku, Ida duduk di pangkuanku.
“ya udah,.. bajunya di buka” ujarku.
Ida membuka bajunya perlahan, sedikit demi sedikit gumpalan daging di dadanya itu mulai tersingkap, ukurannya benar sangat besar, sama seperti saat pertama kali kulihat dengan tidak sengaja.
Adegan film pertama di kaset itu dipenuhi dengan ciuman, Ida menyuruh ku duduk diatas tempat tidur dan dia duduk di pangkuan ku.
“tau gak, itu tuh namanya foreplay” ujar Ida.
Mulailah ida memagut bibir ku, selama beberapa menit kami mempertahankan posisi seperti itu. Film pun berganti adegan, sekarang pemeran cowok di film itu mulai menggerayangi tubuh pemeran wanitanya. Baju pemeran wanita di singkap keatas dan payudara wanita itu mulai diemut oleh pemeran pria itu.
“pengen deh di gituin” Ida tiba-tiba melepaskan ciuman kami dan mengatakannya.
Posisi ida sekarang duduk berhadapan denganku, Ida duduk di pangkuanku.
“ya udah,.. bajunya di buka” ujarku.
Ida membuka bajunya perlahan, sedikit demi sedikit gumpalan daging di dadanya itu mulai tersingkap, ukurannya benar sangat besar, sama seperti saat pertama kali kulihat dengan tidak sengaja.
Seperti orang bodoh, kedua buah dadanya hanya kuperhatikan tanpa berbuat apa-apa.
“kok cuman diliatin doang, aku pake lagi nih bajunya” ujar Ida ngambek.
“sorry, speechless aja gue.... gede amir... seumur-umur baru pernah liat yang ginian,... eh besar pula lagi dapatnya” balasku untuk meredakan ngambeknya.
“ya udah.,,, di emut dong” ujar ida lagi kali ini diiringi dengan senyum.
“nggak ahh....entar lecet, terus kalo lo mandi pasti nyeri” kataku.
“jadi gimana dong?” tanya Ida.
“aku jilatin aja mau nggak?” tanyaku balik.
Ida langsung menarik kepalaku ke arah buah dadanya, lidahku kujulurkan dan mulai menyentuh permukaan kulit buah dadanya. Kujilat melingkar membentuk huruf O disekitar putingnya dan ujung putingnya ku sentuh perlahan menggunakan ujung lidahku.
“Mmhh... enak beb,,, terus..,, terus.. yang kanan juga,.. aahh” desah ida yang membuatku bersemangat melakukannya.
Lima belas menit ku serang kedua payudaranya, hanya suara desahan yang keluar dari bibir manis Ida, dan sesaat tubuh ida mengelinjang hebat, kurasakan ada cairan membasahi celanaku.
“da,..celana lo basah.,,” ujarku, ku biarkan dadanya basah dan kutatap wajahnya yang sangat manis.
“iya,..gue ‘jadi’ tadi..”ujar ida sambil menciumi pipiku.
Adegan di film kini berubah lagi, penis si pemeran pria yang sudah sedari tadi “tegang” mulai diurut turun naik oleh pemeran wanitanya. Dan setelah sudah cukup tegang, mulailah penis itu dimasukkan kedalam mulut wanita itu.
“mau gue gituin nggak?” tanya Ida.
“udah gak usah, lain kali aja” jawabku cepat.
“nggak apa-apa, nggak usah malu..... enak lagi” balas Ida.
Ida segera menarik celanaku, dan langsung menggenggam penisku yang belum menegang sama sekali dibalik celana dalamku.
“gila,...gue udah hampir dua kali orgasme,...lo bediri aja belon...make obat apa?” tanya ida.
“obat apaan?,...gue aja baru sekali diginiin” jawab ku.
Ida kemudian menarik turun celana ku.
“besar juga.,, beda dikit lah ama yang di film” ujar ida, sambil tersenyum Ida mengenggam penisku.
Ida mulai menganggkat penisku dan mulai mengurutnya dari atas ke pangkal paha selama 10 menit, rasanya seperti berenang di awan, apa lagi saat Ida menempelkan bibirnya ke ujung kepala penisku dan menghisapnya pelan-pelan.
“udah...udah...” ujarku sambil mencoba menarik penisku keluar dari mulut Ida.
Tak lama setelah itu ku rasakan sesuatu keluar dari penisku, tidak dapat lagi kutahan. Ku pejamkan mataku dan saat ku buka, Ida masih berada dalam posisi jongkok dan wajahnya berlumuran cairan berwarna putih yang tak lain dan tak bukan adalah sperma ku.
“aku kan dah bilang,....” ujarku.
“hahaha...asik...asik” bukannya marah, Ida justru tertawa kegirangan.
Ku kenakan lagi celanaku dan segera mengambil handuk di lemari untuk membersihkan spermaku di wajah Ida.
“ketelen gak?” tanyaku.
“dikit..” jawab Ida sambil tersenyum.
Tibalah film itu di puncak aksinya, si pemeran pria di film itu menarik turun celana dalam pemeran wanitanya dan mulai melumat daerah kewanitaan perempuan itu.
“rebahan deh.....” ujar ku.
Saat Ida berbaring di tempat tidur, ku tempatkan tubuhku tepat diatasnya dan mulai menciumnya lagi. Kali ini tidak terlalu lama, segera ku pindah kan sasaranku ke bagian lehernya, seperti instruksi di film itu.
“Mmhh..” suara Ida pelan.
Tak lama setelah itu, kedua buah dadanya ku mainkan, ku pijat pelan dan mulai ku jilat perlahan. Turun ke bagian perut dan anehnya lagi, tali hotpants Ida sudah tidak terikat dan sepertinya Ida tidak mengenakan celana dalam.
“cewek kok nggak pake celana dalam,” ujarku sambil mencubit pipinya.
“kalo nggak ada lo sih gue pake,... tapi kalo ada lo, masa iya gue pake,.. entar tiba-tiba lo minta? Gimana?” balas ida.
Ida mulai menaikan pinggulnya dan menurunkan celananya.
Cerita Sex - Sekarang Ida sudah tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Semua yang selama ini tertutup kain baju ataupun celana sekarang jelas terlihat dihadapanku, pinggul Ida lumayan besar, pantatnya montok dan yang membuatku sangat bahagia adalah vaginanya yang tidak memiliki bulu sedikitpun.
“sering cukur neng?” tanyaku.
“nggak juga sih,..gak tau kenapa,, bulunya lama numbuh” jawab Ida.
Ida menarik kepalaku mendekati vaginanya yang sudah basah sedari tadi. Aroma kewanitaan yang baru pernah seumur hidup ku cium ternyata sangat wangi, mungkin karena seringnya dirawat.
“sering cukur neng?” tanyaku.
“nggak juga sih,..gak tau kenapa,, bulunya lama numbuh” jawab Ida.
Ida menarik kepalaku mendekati vaginanya yang sudah basah sedari tadi. Aroma kewanitaan yang baru pernah seumur hidup ku cium ternyata sangat wangi, mungkin karena seringnya dirawat.
• SEX PERTAMA KU DENGAN TEMAN KU & PACARNYA
Perlahan mulai kujilati daging yang berada di belahan vagiannya itu, ku mainkan suasana dengan sesekali mempercepat jilatanku di liang kemaluannya. Semakin cepat ku jilat, semakin Ida menjepit kepalaku di tengah kedua pahanya.
“kalo gue tau enaknya gak ketulungan gini,... gue minta aja yah dari awal” gumam Ida.
Kali ini, ku singkap lobang kemaluannya dan ku hisap menggunakan bibir yang membentuk huruf O sesuai dengan instruksi yang ada di film itu. Ida semakin mengejang hebat dan mencoba menarik rambut ku agar kepalaku menjauh dari vaginanya, tetapi seperti yang ku baca di buku jika terjadi hal seperti itu kita malah sering menghentikan permainan. Tentu saja itu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar.
Perlahan mulai kujilati daging yang berada di belahan vagiannya itu, ku mainkan suasana dengan sesekali mempercepat jilatanku di liang kemaluannya. Semakin cepat ku jilat, semakin Ida menjepit kepalaku di tengah kedua pahanya.
“kalo gue tau enaknya gak ketulungan gini,... gue minta aja yah dari awal” gumam Ida.
Kali ini, ku singkap lobang kemaluannya dan ku hisap menggunakan bibir yang membentuk huruf O sesuai dengan instruksi yang ada di film itu. Ida semakin mengejang hebat dan mencoba menarik rambut ku agar kepalaku menjauh dari vaginanya, tetapi seperti yang ku baca di buku jika terjadi hal seperti itu kita malah sering menghentikan permainan. Tentu saja itu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar.
Ku teruskan permainan ku hingga ku rasakan suatu cairan keluar membasahi lidah ku.
“keluar lagi?” tanyaku.
“iya,...enak deh” jawab ida.
“ya udah,...gitu aja dulu yah,... kepala gue sakit banget, abis lo jambak tadi” ujarku.
“masa udahan sih?... sorry tadi gue kelepasan jadinya narik-narik rambut kamu gitu deh...” balas Ida.
“entar baru nyambung lagi..yah” pintaku.
“iya, tapi jangan lama-lama” jawab Ida.
Ida hanya terbaring di tempat tidur, ku tutupi tubuhnya dengan selimut. Film porno itu kami ‘pause’ sebentar. Aku segera menuju westaffel untuk mencuci muka, ku lihat waktu menunjukan pukul 03.00 pagi hari.
Saat itu, ku sadari bahwa sekarang dalam diri ku tidak hanya ada cinta, tetapi juga ada nafsu untuk istri ku, Ida. Setelah meminum segelas air, aku segera kembali ke kamar. Ida menyambut ku dengan senyum penuh rasa sayang, ku rebahkan tubuh ku disampingnya.
“da.,, gue mau,.. minta maaf,.. kalo gue udah kasar sama lo sejak kita nikah, padahal lo juga nggak tahu apa-apa kan? Sekarang gue ngerasa bersalah banget” ujar ku.
“biarin aja berlalu yang kayak gitu mah,... gak usah dipikir lagi, Ida juga udah lupa...... kamu juga makin hari makin asik.... seneng aku” jawab ida.
Saat itu terasa sangat panas, ku buka baju kaos ku dan tinggal memakai celana basket yang sejak tadi ku pakai.
“ribet banget nih selimut...” ujar Ida sambil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya.
Ida segera memulai lagi adegan di film yang tadi kami ‘pause’. Ida menarik tangan ku dan menempelkan telapak tangan ku ke selangkangannya.
“da.,, gue mau,.. minta maaf,.. kalo gue udah kasar sama lo sejak kita nikah, padahal lo juga nggak tahu apa-apa kan? Sekarang gue ngerasa bersalah banget” ujar ku.
“biarin aja berlalu yang kayak gitu mah,... gak usah dipikir lagi, Ida juga udah lupa...... kamu juga makin hari makin asik.... seneng aku” jawab ida.
Saat itu terasa sangat panas, ku buka baju kaos ku dan tinggal memakai celana basket yang sejak tadi ku pakai.
“ribet banget nih selimut...” ujar Ida sambil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya.
Ida segera memulai lagi adegan di film yang tadi kami ‘pause’. Ida menarik tangan ku dan menempelkan telapak tangan ku ke selangkangannya.
Kini adegan di film itu bertambah panas, pemeran pria di film itu mulai memasukkan penisnya kedalam vagina pemeran wanita. Pemeran wanita di film itu hanya menggumam tak karuan.
Beberapa menit kami menyaksikan film itu. Kali ini Ida hanya terpana melihat adegan di film itu. Mungkin Ida masih takut untuk mencobanya.
“mau coba gituan?” tanya Ida.
“kalo sekarang nggak bisa, gak apa-apa juga..... lo aja yang master belum siap apa lagi gue” ujarku.
“kita coba tapi pelan-pelan yah...soalnya gue masih perawan” ujar Ida.
“gak apa-apa,, nanti aja,...” jawab ku.
“tapi gue pengen banget..” sambung Ida.
“ya uda.,,, tapi bakal sakit loh nanti..” balas ku.
Ida mulai menaikan pinggulnya dan pantatnya ku sanggah dengan bantal. Ku buka sedikit lebar lubang kemaluannya, memang benar. Selaput darah masih utuh didalamnya, merah merona dan terlihat segar.
“beneran masukin sekarang?” tanyaku.
“iya tapi pelan-pelan yah” jawab ida.
“iya” balas ku.
Ku masukkan penis ku perlahan kedalam vagina Ida. Hangat, perih dan sempit, terasa seperti disedot vaccum cleaner.
Beberapa menit kami menyaksikan film itu. Kali ini Ida hanya terpana melihat adegan di film itu. Mungkin Ida masih takut untuk mencobanya.
“mau coba gituan?” tanya Ida.
“kalo sekarang nggak bisa, gak apa-apa juga..... lo aja yang master belum siap apa lagi gue” ujarku.
“kita coba tapi pelan-pelan yah...soalnya gue masih perawan” ujar Ida.
“gak apa-apa,, nanti aja,...” jawab ku.
“tapi gue pengen banget..” sambung Ida.
“ya uda.,,, tapi bakal sakit loh nanti..” balas ku.
Ida mulai menaikan pinggulnya dan pantatnya ku sanggah dengan bantal. Ku buka sedikit lebar lubang kemaluannya, memang benar. Selaput darah masih utuh didalamnya, merah merona dan terlihat segar.
“beneran masukin sekarang?” tanyaku.
“iya tapi pelan-pelan yah” jawab ida.
“iya” balas ku.
Ku masukkan penis ku perlahan kedalam vagina Ida. Hangat, perih dan sempit, terasa seperti disedot vaccum cleaner.
Saat semua bagian sudah mulai terbenam, ku lihat Ida meneteskan air mata. Sedih sekali melihatnya seperti itu, ku lihat darah membekas di batang penisku. Sejenak ku pikir untuk melepaskan penis ku dari dalam vagina Ida. Tetapi apa yang terjadi, ida malah menggoyangkan pinggulnya.
“sakit?’ tanya ku pelan.
“udah nggak kok,... perih aja tadi, banget...” jawabnya.
“mau diterusin?” tanyaku lagi.
“iya..” jawab ida manja.
Perlahan mulai ku maju mundurkan pinggul ku, makin lama makin cepat. Ida hanya menggumam sambil meremas buah dadanya.
“ennnaaakk,,,” ujar Ida.
“mmhh ...guuee....keelluuaarr..” jerit Ida.
Orgasme Ida disusul oleh ku, senang sekali melihatnya malah tertawa di akhir permainan kami. Cairan yang keluar dari vagina Ida bercampur sedikit dengan darah.
“da.. sorry tadi gue keluarin di dalem..” ujarku polos.
“nggak apa-apa kali,.. kalo nanti gue bunting,, bapaknya ni kan anak elo juga” jawab Ida.
Hanya bisa tertawa, kami berdua tertawa sejadi-jadinya melihat perbuatan kami tadi. Akhirnya kami pun kelelahan dan tertidur.
“sakit?’ tanya ku pelan.
“udah nggak kok,... perih aja tadi, banget...” jawabnya.
“mau diterusin?” tanyaku lagi.
“iya..” jawab ida manja.
Perlahan mulai ku maju mundurkan pinggul ku, makin lama makin cepat. Ida hanya menggumam sambil meremas buah dadanya.
“ennnaaakk,,,” ujar Ida.
“mmhh ...guuee....keelluuaarr..” jerit Ida.
Orgasme Ida disusul oleh ku, senang sekali melihatnya malah tertawa di akhir permainan kami. Cairan yang keluar dari vagina Ida bercampur sedikit dengan darah.
“da.. sorry tadi gue keluarin di dalem..” ujarku polos.
“nggak apa-apa kali,.. kalo nanti gue bunting,, bapaknya ni kan anak elo juga” jawab Ida.
Hanya bisa tertawa, kami berdua tertawa sejadi-jadinya melihat perbuatan kami tadi. Akhirnya kami pun kelelahan dan tertidur.

Posting Komentar untuk "Cerita Pengen Sex Malam Pertama Dengan Istri Ku"